Suatu cerita dari seorang veteran perang padam

Leave a comment

Awal januari 2015 saya memasuki satu fase hidup yang lain, yang intinya mengharuskan saya tidak berpikir diri sendiri lagi, tidak bisa berpikir kinerja saya harus lebih baik dari yang lain, ya membimbing dan memajukan orang lain. Di tempat ini, dibidang ini, rata – rata umur pegawai adalah 42 tahun dengan 7 orang kelahiran 80an dan 10 diatas umur rata rata.
 

     
 

Melihat komposisi ini artinya jumlah anggota tim ini tidak akan bertahan lama umurnya, tahun ni ada 3 pegawai yang akan pensiun. Saya tidak akan lebih jauh membahas tim ini, yang ingin diceritakan adalah perjalanan hidup 3 pegawai senior ini yang sungguh luar biasa jasanya selama ini untuk perusahaan.

Pengalaman itu mahal harganya. Puluhan tahun sudah mereka dedikasikan hidupnya untuk Perusahaan. Pak juhri, pak madinah dan pak darno, 3 sekawan yang dimana kalao dikantin sering selfie ria untuk tertawa menyongsong penghujung karirnya. Mereka telah mengalami transformasie perusahaan ini beberapa kali, dari petugas cater, tusbung sampai pelaksana perbaikan gangguan(istilah dlu bottom), hingga transformasi pekerjaan PLn dimana pekerjaan distribusi dikontrakkan ke mitra kerja (menjadi pengawas). Mereka bercerits kalau dulu setiap pegawai harus bisa bekerja dilapangan, semua dikerjakan pegawai, makanya tidak heran ilmu – ilmu mengerani pengoperasian material, komponen mereka lebih pengalaman, beda dengan anak2 sekarang atau pengawas – pengawas sekarang. Namun mereka juga mengakui kalau sekarag ilmu dasar mereka lebih jelas tidak serabutan seperti dalu yang hanya berdasarkan “biasa” bukan yang “benar”. Wahh memang tidak salah pernah saya dengan istilah :

“Generasi muda itu seperti orang buta, generasi tua itu seorti orang tuli, yang muda mempunyai pengetahuan dari apa yang sudah didengar dan didapat di sekolah namun kurang mengetahui kondisi real medan pekerjaannya, sedangkan yang tua tahu dan paham medan pekerjaan namun sudah susah untuk mendengar dan menyerap ilmu yang baru”

Bidang ini cukuo beruntung, memiliki generasi tua seperti 3 orang tsb, mereka tidak pelit ilmu, mereka tidak memandang muda itu sebagai saingan justru dengan hati gembira mereka membimbing muda2 di bidang ini. Dipenghujung karis mereka, kami padukan yang muda dengan pekerjaan mereka. Dengan cara ini transfer ilmu berjalan dengan baik. Cara mengoperasikan dan mendeteksi kerusakan, cara mengoreksi pekerjaan mitra kerja sampai ke hal2 yang mengarah ke hubungan “bapak dan anak”..

Pada mei 2015, kami sampai pula untuk melepas salah satu pejuang veteran perang padam PLN, namanya adalah pak juhri. Bapak asli betawi ini masih memiliki perawakan tubuh yang tegap walaupun kerutan di wajahnya tidak bisa ditutupi. Sampai dengan penghujung karirnya, beliau tetap semangat menjalani tugasnya mengawasi pekerjaan, banyak masukan masukan positif yang ia berikan untuk bidang ini kedepannya.

    

  Di hari terakhirnya sebagai pegawai PLN, saya bertanya pada oak juhri, “pak gimana rasanya pak di hari terakhir bekerja ini.?..” Beliau hanya berkata : “puas pak, puluhan tahun di PLN sangat luar biasa yang sudah saya rasakan. Kalau tidak bekerja disini, saya nggak tau akan jadi seperti apa sekarang. Mudah2an PLN merasakannya sama dengan yang sudah saya berikan selama perjalan hidup saya di sini”. Aminn pakk.. Terima kasih pak juhri atas pengorbanannya selama ini, pagi siang malam pagi lama pastinya sudah bapak berikan 100% untuk perusahaan ini. Semoga bapak semakin sehat dan dengan bahagia menjalani fase hidup bapak selanjutnya. Aminnn..

Ayo generasi muda, jangan cepat puas. Tantangan kita mungkin tidak sama dengan yang pernah senior senior rasakan, namun perubahan dalam hidup yang pernah senior kita rasakan pasti akan kita rasakan. Semoga kepuasan yang pak juhri rasakan dapat kita rasakan nantinya. Amin

Satu dua tiga

Leave a comment

Lama tidak menulis. 

Distribusi selalu erat dengan kata gangguan. Pegawai distribusi hanya keliatan kerja saat ada gangguan aja, kira kira seperti itulah anggapan salah satu orang mengenari bidang distribusi. Paradigma ini yang ingin kami ubah. Pada tahun 2015 ini, pln cempaka putih dan khususnya bidang distrbusi ditargetkan penurunan gangguan penyulang sebesar 30% dari tahun 2015 oleh kantor distribusi sebagai unit induk. Menurut pada motivator, untuk menjadi orang sukses kita harus berpikir dua Langkah kedepan, oleh karena itu kami menargetkan penurunan lebih besar dari itu, sebesar 50%. Ya 50% untuk dapat menunju JAKARTA 123, sebuah cita – cita 12 menit saidi dan 3x gangguan penyulang per 100kms. Betul betul tantangan yang luar biasa, pembedajhan masalah, peluang perbaikan dn program kerja sudah kami canangkan sebanyak mungkin, namun tanpa adanya strategi perang yang jitu mustahil akan tercapai, apa saja strateginya?

123, satu dua tiga, siji loro telo, sada dua tolu.  

Dalam suatu ilmu organisasi kita mengenal istilahi 5M, man method money material dan machine. Berangkat dari situ kami menyadari 5 hal itulah yang harusnya diperkuat dan dalam strategi perang yang kuat harus menyentuh 5M tersebut, dari situlahi kami mendeklarasikan strategi perang kami. 

  

Dengan 6 strategi utama diatas s.d juli 2015, kami berhasil menurunkan gangguan 35% dibanding 2014. Masih jauh dari target 50%. Tapi kami yakin bisa, kuncinya adalah continousnlearning… Masih banyak yg perlu dibenani, misalkan apakah selama ini sop inspeksi sudah dijalankan dengan benar, apakah monitoring yang kami buat itu sudah cukup, apakah visi misi pln sudah mengakar di diri kami dn mitra kerja? Ini yang jadi PR kami 5 bulan kedepan. 

Prestasi..prestasi..prestasi

Unggulan

Leave a comment

#sudah lama ga ngepost, pengen rasanya nulis lagi di blog

PLN Disjaya tidak bosen – bosennya membuat program baru. Sesuai visi PLN untuk menghasilkan pelayanan listrik yang handal, berkualitas dan efisien dengan mengandalkan potensi insani ( SDM ) yang unggul, PLN disjaya membuat suatu program baru yang dinamakan SUB AREA UNit UNggulan di 10 area terpilih ( entah terpilih atau karena dinilai kinerjanya buruk ), yang diresmikan langsung oleh DIROPJB, Pak Adyana.

Program unit unggulan ini artinya adalah memilih 12 anak muda – muda bergairah untuk mengurusi proses bisnis PLN Distribusi di SUb Unit Area tersebut, Unit unggulan ini pure isinya adala anak – anak muda. Dalam hal ini, kebetulan saya diberi kesempatan untuk mengisi salah satu posisi sebagai koordinator bidang teknik Distribusi di SUB AREA UNit Area Teluk Naga Posko Melayu. bersama 3 teman di bidang teknik yaitu Andi S, Kharisma, dan Meri kami berempat berkolaborasi dengan 2 teman bidang konstruksi ( untoro dan triyono ), 3 teman bidang transaksi energi ( Ojan, Ardi, dan Maksum ), dan 3 teman bidang niaga ( Resti, Rifki  dan Ratna ).

Tantangan iya, bikin pusing iya. Tapi kami ber-12 ga pernah sedikitpun merasa takut, justru kami anggap sebagai lahan untuk berkreasi sebebas-bebasnya. Awal kedatangan kami, kami mulai dengan membuat inventarisasi berbagai data di sub-unit ini.  Dari data aset, kinerja 2 tahun ke belakang sampai hal – hal yang menyentuh fasilitas kerja dan kantor. Huff, benar – benar Unggulan, begitu kami menyebutnya (bukan bangga tapi baru nyadar betapa banyak masalah dan tantangan). Target kinerja yang diberikan oleh kantor distribusi pun bisa dibilang sangat sulit.

#never care about target, just think and worrk

*dari sini, saya akan lebih banyak berkutat di bidang teknik distribusi

INventarisasi aset selesai kami mulai dengan inventarisasi gangguan baik penyulang, trafo, kubikel dan gangguan TR. Target kami adalah adanya penurunan gangguan sebanyak 50% dar tahun 2012. Selesai menentukan target, kami berdiskusi untuk menentukan wilayah kerja masing – masing. Meri susanti bertugas sebagai PIC Yantek ( Pelayanan Yantek) dan sebagai gerbang pertama dan terakhir untuk mengawal temuan/usulan dan sampai dengan tindak lanjutnya (monitoring usulan dan LG). Kemudian Andi setiabudi diberi kebebasan sepenuhnya untuk mengurus Trafo dan revisi Gardu. Kharisma berkutat di pemeliharan SUTM (survey dan RAB) sedangkan saya lebih ke arah penanggung jawab dan back-up (jelek amat ya :p). pembagian jobdesk ini kami tujukan untuk kejelasan tanggung jawab dan wewenang.

Awal kerja kami, sudah dikejutkan oleh adanya proyek pelebaran kali Prancis. Bisa dibayangkan 8 penyulang kami trip akibat terkena tiang pancang proyek tersebut. Pagi siang malam kami habis untuk memperbaiki kabel2 yang rusak dan koordinasi dengan orang – orang proyek tersebut. belum habis proyek ini, kami didatangi cobaan lagi adanya banjir di daerah pergudangan PID, 4 penyulang saat itu kami padamkan untuk pengamanan aset, menelusuri gardu – gardu dengan menggunakan perahu menjadi pengalaman menarik di awal kami berkiprah di melayu.

selesai disibukkan oleh itu, kami mulai fokus ke perencanaan perencanaan.

dari trao, kubike,penyulang sampe ke perencanaan pecah beban jurusan TR yang jumlahnyaa banyak sekali. unit unggulan ini harus bisa menindaklanjuti hasil temuan dengan secepatyyaa

-to be continued

“Dalam tiap rutinitas ada kesempatan indah untuk berbuat sesuatu”

Leave a comment

Selasa 12 April 2011, tidak disangka-sangka kalimat renungan yang saya baca dipagi hari terjadi di malam harinya. Kalimat : “Dalam tiap rutinitas ada kesempatan indah untuk berbuat sesuatu” sampai sore hari masih saya nantikan kebenarannya, kira-kira apa bentuk kesempatan indah tersebut dan apa yang bisa saya perbuat.

Tepat sehabis adzan magrib, saya berangkat dari kantor menuju kosan. Belum jauh dari kantor, saya melihat kerumunan orang banyak sekali sambil berlari kecil berteriak menyuruh saya dan beberapa pengendara lain untuk memutar arah. Yang terlihat oleh saya adalah api yang membara didepan sana. Sontak saya berpikir kebakaran rumah, namun setelah saya tanya ke warga ternyata gardu PLN yang meledak dan terbakar. Mendengar itu saya langsung melapor ke supervisor dan memberitahukan lokasinya sambil saya mendekat ke lokasi gardu berada. Menurut instruksi beliau, padamkan saja dengan air karena listrik setempat sudah dipadamkan (PMT penyulang dikeluarkan). Melihat kerumunan warga, saya meminta bantuan ke warga untuk memadamkan dengan air. Akhirnya dengan meminta air dari masjid, gardu itu padam juga dengan dibantu juga oleh warga setempat dan satu orang Yantek.

Dari sebuah kejadian pasti ada ‘untungnya’, untungnya yang terbakar itu box rak PHBTR, api sempat merambat ke kabel koneksi sekunder trafo dan PHB namun tidak sampai ke trafo. Kalau sampai merambat ke trafo, tentunya akan lebih timbul kepanikan yang lebih dari sebelumnya. Ternyata setelah dianalisis, beban yang ditanggung trafo sudah besar mendekati 100%. Dan parahnya ada 2 buah sambung langsung (bendengan) di salah satu jurusan PHB yang seharusnya digunakan NH fuse sebagai pembatas. Sehingga saat beban puncak terjadi (sehabis magrib), panas berlebih yang diakibatkan beban atau arus tinggi melebihi ketahanan arus yang dimiliki PHB TR tersebut dan terjadilah ledakan. Yang menarik adalah, pekerjaan pemulihan gardu tersebut memakan waktu sangat lama. dari pekerjaan mulai jam 7.30 malam,  listrik baru menyala jam 2 pagi. Sebuah tantangan bagi PLN untuk mempercepat pemulihan gangguan kedepannya. Yang saya lihat, koordinasi antara petugas lapangan, pengawas dan posko, kemudian jumlah dan keahlian rekanan/pekerja kemudian keberadaan material harusnya bisa lebih ditingkatkan kinerjanya sehingga waktu pemulihan bisa dipersingkat.

Selama pekerjaan, masih cukup banyak warga yang melihat sekitar 10 orang, bahkan mendekati jam 2 malam makin banyak lagi yang datang. Mungkin karena jam 2.30 akan ada pertandingan sepakbola. Yang terlihat dari muka mereka dan hasil obrolan saya, adalah mereka sangat mengharapkan listrik segera menyala. Saat listrik menyala terlihat sebuah bentuk ucapan syukur dan kelegaan dari semua pekerja termasuk saya, begitu juga dengan warga sekitar. Inilah sebuah bukti bahwa saya dan teman-teman di PLN tidak boleh main-main dengan listrik atau pekerjaannya. Karena listrik saat ini sudah menjadi kebutuhan primer. Saat listrik itu padam, saat itu masyarakat tidak bisa menikmati ‘family time’ dengan menonton TV atau sekedar makan bersama di ruang makan, bahkan bisa menghambat pemasukan bagi pemilik warung – warung makanan.

Dari kejadian ini saya harus berterima kasih kepada Tuhan, merupakan sebuah anugerah saya bisa mengalami kesempatan seperti ini. Kesempatan indah yang bisa saja saya tidak ambil dengan memutar motor seperti pengendara lainnya dan menjauhi lokasi gardu tersebut. Ternyata ketika kita disibukkan dengan rutinitas, akan datang kesempatan indah untuk berbuat sesuatu. Dan itu merupakan pilihan ketika kita bertemu kesempatan itu, akan kita ambil atau tidak. Namun setiap kesempatan yang kita ambil, ada konsekuensinya. Mengorbankan waktu tidur dan telat keesokan harinya adalah konsekuensi yang harus saya terima :p

3 hari yang sangat bermakna

3 Comments

Horeee, akhirnya setelah 10 tahun saya bisa juga pulang kampung!!. Ya 10 tahun lalu adalah 50th anniversary ompung ku dari ibu. Setelah acara itu belum pernah sekalipun saya pulang kampung. 5 tahun di Bandung ternyata berpengaruh besar, tidak bisa ikut pulang kampung bersama keluarga. Pulang kampung kali ini sebenarnya agak dipaksakan, mengingat hanya 3 hari menikmati Medan. Tapi ini adalah janji.

Saya pernah berjanji, begitu saya lulus kuliah dari ITB akan ziarah ke makam ompung dari bapak dan laporan ke ompung dari mama. Namun rencana itu urung terjadi, karena saya harus masuk pelatihan PLN. Tuhanpun punya rencana lain, ompung doli dari mamaku sakit keras. Sebelum masuk pelatihan, saya sempat ngotot untuk datang ke medan untuk menjenguk, namun tidak sempat. Di pelatihan PLN (pusdikpassus), siswa tidak diperkenankan mengaktifkan HP. Setelah beres pelatihan, saya mendapat kabar buruk, beliau sudah meninggal. Begitu mendengar kabar itu, air matapun tidak tertahan lagi. Ya, saya sungguh menyesal tidak sempat bertemu beliau untuk terakhir kalinya. Maafkan pahompumu ini pung, selamat jalan, aku yakin Tuhan Yesus akan sangat gembira menyambutmu di surga.

Penyesalan itu makin membulatkan tekadku untuk pergi ke Medan untuk ziarah kekedua makam ompungku itu. Akhirnya saya berangkat bersama keluarga menuju Medan. Tanggal 24 sore kami sampai Medan. Di bandara kami dijemput oleh uda friski, langsung menuju ke selat panjang. Bakmi pangsit!! Sangat enak!!. Sehabis makan, kami menuju rumah ompung dari bapakku di jalan teladan. Di sana kami menginap satu malam. Menghabiskan waktu dengan makan durian medan, murah tapi enak sekali!!! hahaha

duren murah enak

Pagi harinya (25 desember), jam 5 pagi, kami menuju pangunguran menggunakan mobil, salah satu kabupaten di pulau samosir. Untuk mencapai pangunguran, kami harus menyeberang dengan kapal ferri di pelabuhan parapat. Menurut informasi yang ada, kapal tersebut berangkat jam 9 pagi. Diperjalanan semua terasa lancer, namun sampai dipintu gerbang parapat, mobil kami mengalami masalah. Porslening mobil rusak, tidak bisa naik atau turun gigi. Dipanggilkan orang bengkel setelah jalan beberapa ratus meter. Setelah di cek, ternyata mataharinya rusak, dan diperkirakan baru selesai siang hari. Akhirnya  lewatlah jadwal keberangkatan ferri jam 9.

Ternyata Tuhan punya rencana lain, secara kebetulan tempat rusaknya mobil kami adalah sebuah wisma dimana tulangku adalah manager wisma tersebut. Pertolongan itupun datang, kami diajak pegawai wisma tersebut untuk makan siang dulu di sebuah penginapan yang menyediakan pemandangan yang bagus. Kamipun istirahat sebentar di penginapan tersebut sambil menunggu mobil rental yang telah dipesan oleh tulangku. Akhirnya mobil datang jam 1 siang, dan kami langsung menuju parapat. Kapal ferri selanjutnya baru berangkat jam setengah 3 siang sesuai jadwal, namun karena penumpang sangat ramai, kapal ferri pun berangkat jam 2 siang. Penyeberangan menuju pulau samosir memakan waktu 1 jam, jam 3 sore kami sampai di tomok. Dari tomok kami langsung menuju panguguran. Perjalanan menuju panguguran memakan waktu 1 jam.

Akhirnya sampailah di makam ompung doli. Kuburan orang Batak cukup unik, peti matinya tidak ditanam dalam tanah, namun dimasukkan dalam sebuah bangunan (sepeti gambar dibawah ini). Kami sempatkan untuk bersih-bersih lingkungan sekitar makam. Kemudian berdoa dan cuci muka yang sudah lazim dilakukan saat ziarah. 30 menit kami di tempat itu, kemudian melanjutkan perjalanan menuju sumbul kampung ompungku dari mama.

Perjalanan ke sumbul melewati jalur yang lumayan membuat jantung berdetak kencang. Pertama karena sepanjang jalan yang ditemui adalah tebing dan jurang. Akses jalan yang tersedia pun hanya cukup untuk 2 mobil (baru satu bulan, sebelumnya hanya cukup 1 mobil pas), batu banyak tergeletak di sepanjang jalan hasil dari longsoran tebing dan jalan yang belum diaspal atau di cor beton. Namun dibalik itu, perjalanannya juga menyajikan pemandangan yang indah sekali. Karena kita bisa melihat danau toba dan pulau samosir dari puncak gunung!. Waw!. Danau yang bersih, warna hijau pohon pohon dipadu dengan barisan perahu – perahu yang tersusun rapih.

Sampailah kami dirumah ompung, saya turun pertama. Ditantang sama mama untuk nanya ke ompung, ngetes masih ingat atau tidak.

Robin : “pung, didia do jabu ni ompung sumuang??”

Ompung Boru : “di son, whaaaaahahaha, kawnya itu septa??”

Robin : “iya pung, hahaha”

Ya begitulah ompungku, kalau bisa dibilang aku sangat sedih ketika melihat ompung boruku ini. Mereka tinggal sendiri, sudah tua, ditinggal suami mereka. Namun karena sejak dulu hidup di jaman yang keras, jiwa tangguhnya masih tersisa. Pemandangan yang tersaji di rumah itu adalah ompung dengan perawakannya yang kecil dan membungkuk, kemudian rumahnya yang sunyi, halaman belakang yang luas dan toko jualan mereka. Pemandangan seperti itu mengingatkan aku dengan ompung doliku. Sedih bila mengingat – ingat lagi..

Namanya orangtua kalau anak dan cucunya datang pasti masak. Sama seperti ompung boruku yang di medan, dia juga menyiapkan makanan. Dan hebatnya mereka berdua punya makanan andalan yang berbeda. Opung medan dengan ayam goreng bumbu dan opung sumbul dengan ayam gulenya. MAntap!!!

-to be continued-

 

“Terjunlah ke lapangan untuk melihat secara langsung”

Leave a comment

Itulah kalimat yang keluar dari mentorku saat awal – awal saya datang ke PLN area teluk naga. Saat itu aku menghadap ke beliau untuk menyusun jadwal kegiatanku selama OJT. Kebetulan saat ini area teluk naga punya kegiatan inspeksi gardu dan penyulang yang merupakan turunan dari program perang padam (tulisan sebelumnya). Beliau mengharapkan saya bisa melihat sekaligus merasakan secara langsung kondisi lapangan. Karena menurut beliau, aku harus mengenal terlebih dulu material – material apa saja yang ada di jaringan distribusi.

Alhasil saya langsung saja meluncur ke bagian distribusi. Puji Tuhan bertemu langsung diarahkan ke bapak Jiyono, AE pengendalian dan pemeliharaan distribusi. Pagi itu juga saya meluncur bersama beliau menuju 5 buah gardu distribusi. Inspeksi gardu terbagi menjadi 2 kegiatan, yaitu mengamati kondisi fisik gardu dan melakukan pengukuran trafo. Kondisi fisik yang diamati adalah, keberadaan cut-out, arrester, rak TR, trafo (rembes atau tidak) dan kondisi sipil dari gardu. Kemudian pengukuran pembebanan trafo bertujuan mengetahui arus di tiap jurusan dan fasa, dan tegangan fasa – netralnya yang dilakukan dengan menggunakan alat tangampere.

Dalam melakukan inspeksi ini, kami melakukan bersama pak Adun dari bagian Yantek. Pengamatan fisik gardu (portal) tidak berjalan sempurna, dikarenakan trafo berada di atas sedangkan kami tidak mendapatkan fasilitas berupa tangga. Sehingga untuk mengetahui kondisi co, arrester, kode trafo, kabel sekunder, kabel primer dilakukan pengamatan dari bawah. Namun tampaknya orang – orang lapangan sudah terbiasa dengan kondisi ini, sehingga bisa langsung menyimpulkan dengan hanya pengamatan dari bawah :p. saat ingin melakukan pengukuran pembebanan, kami baru menyadari, bahwa tangamperenya tidak terbawa. Alhasil pengukuran pembebanan dilakukan besok harinya.

Untuk pengukuran pembebanan trafo cukup mudah, karena sudah didukung oleh alat yang cukup canggih. Namun yang harus diperhatikan adalah waktu pengukuran. Pembebanan trafo sangat bergantung kepada perilaku konsumen tiap jamnya, bahkan tiap detiknya. Beban bisa saja naik dengan cepat dan turun dengan cepat pula. Yang bagus adalah di tiap gardu sudah dilengkapi dengan alat ukur otomatis yang mampu mencatat hasil ukur tiap saat, atau dengan periode waktu yang ditentukan. Namun bayangkan di tiap gardu distribusi dipasang alat tersebut, tentu dibutuhkan banyak sekali alat ukur dan akan memakan biaya yang tidak sedikit. Jad untuk mengantisipasinya, area distribusi mempunyai bidang Yantek (pelayanan teknik) yang bertugas menginspeksi gardu – gardu secara rutin.

Dari pengalaman dua hari melakukan inspeksi, saya jadi menyadari, sebenarnya tantangan yang besar dan banyak itu ada di distribusi. Karena unit distribusi dituntut untuk bisa menyalurkan listrik ke konsumen secara kontinu dengan kualitas yang baik. Dan pembentukan citra PLN di mata masyarakat ada di unit distribusi.  

Perang padam…

Leave a comment

Perang padam adalah suatu program yang dicanangkan oleh PLN untuk memerangi pemadaman yang belakangan ini sering terjadi. Disjaya dan tangerang adalah salah satu unit kerja PLN yang bergerak dalam usaha penjualan listrik. Energi listrik yang dijual tersebut, ‘dibeli’ oleh unit distribusi dari P3B melalui gardu induk. Kemudian listrik tersebut dijual ke pelanggan – pelanggan. Dari gardu induk, listrik tersebut dialirkan lewat penyulang – penyulang lewat SUTM maupun SKTM. Di tiap penyulang terdapat gardu – gardu yang terdapat trafo untuk menurunkan tegangan menjadi tegangan rendah yang merupakan tegangan nominal yang dipakai oleh konsumen. Jenis gardu yang lazim dipakai adalah gardu portal dan gardu beton. Gardu portal untuk kawasan perumahan dan gardu beton biasanya untuk industry – industry yang memakai 3 phase.

Padam listrik (atau mati lampu) diartikan sebagai terputusnya aliran listrik dari sumber ke pelanggan. Dalam system distribusi, sumber energy listrik bisa dikatakan berasal dari gardu induk atau tepatnya trafo. Pemadaman listrik yang terjadi bisa dikategorikan menjadi dua. Yaitu, pemadaman terencana dan pemadaman tidak terencana. Pemadaman terencana dikarekan adanya pemeliharaan komponen atau peralatan penyaluran tenaga listrik. Sedangkan pemadaman tidak terencana diakibatkan oleh gangguan.  Pemadaman yang sering terjadi sering kali disebabkan oleh gangguan – gangguan pada penyulang dan gardu – gardu tersebut. Untuk itu perlu dilakukan inspeksi penyulang dan gardu untuk mengetahui kondisi actual dari keduanya. Inspeksi inilah yang dirangkum menjadi suatu kegiatan yaitu perang padam.

Disjaya dan tangerang sebagai salah satu unit bisnis ketenagalistrikan yang berhubungan langsung dengan konsumen mempunyai kewajiban untuk mengurangi gangguan yang menyebabkan pemadaman tersebut. Untuk itu dicanangkan lah program Perang Padam yang intinya adalah memeriksa kondisi actual penyulang – penyulang dan gardu – gardu distribusi. Untuk gardu distribusi, yang diperiksa adalah kondisi fisik trafo, peralatan proteksi seperti cut-out dan arrester serta melakukan pengukuran pembebanan trafo.

Fakta yang terlihat dilapangan cukup mengkhawatirkan, banyak ditemukan trafo yang rembes atau bocor, arrester dan co yang sudah retak dan trafo yang sudah mencapai pembebanan diatas 80%. Kondisi seperti ini sangat rentan untuk terjadi gangguan.  Belum lagi bila melihat banyaknya SUTM yang tersangkut dan tertutup oleh pohon, bahayanya adalah ketika terjadi hujan bisa mengakibatkan short. Pengukuran pembebanan trafo sebenarnya belum menjamin 100% valid, mengingat pembebanan puncak trafo bisa terjadi kapan saja tergantung perilaku konsumen. Hal ini dikarenakan di trafo – trafo distribusi tidak terdapat alat pengukuran beban yang otomatis dan bisa terpantau setiap saat seperti di gardu – gardu induk 150 kV dan 20 kV. Hal ini lah yang menjadi jawaban kenapa di GI lebih jarang terjadi gangguan dibanding gardu – gardu distribusi.

Namun perang padam ini menurut saya program yang sangat tepat dan bagus. Dari program ini bisa diketahui kondisi – kondisi peralatan – peralatan GD. Langkah selanjutnya adalah dilakukan penggantian – penggantian trafo – trafo yang bocor, kemudian penertiban – penertiban pelanggan liar yang diprediksi menjadi penyumbang terbesar kerugian teknik maupun non-teknis di system distribusi.

Go perang padam!! Wujudkan 345-9!!!..

3 jam gangguan dalam satu tahun (SAIDI), 45 respon pengaduan gangguan, dan 9 kali gangguan dalam satu tahun (SAIFI)!!!!

Mau apa??

Leave a comment

Ketika ditanya,

“ apa yang anda lakukan ketika telah diangkat menjadi karyawan tetap PLN?”

Jenis jawaban seperti apa yang anda buat??

  1. Belajar dan bekerja
  2. Bekerja dengan giat sesuai dengan prosedur yang berlaku.
  3. Menjalankan tanggung jawab sebagai pekerja dengan sebaik-baiknya. Selain itu terus mengasah pengetahuan system ketenagalistrikan secara formal dan informal. Informal dengan cara belajar dari rekan kerja, senior bahkan bawahan bila saya punya. Formal dengan mencoba meraih kesempatan beasiswa S2 dari PLN. Saya tertarik untuk ditempatkan di perencanaan system operasi dan dispatcher. Cita – cita saya sekarang adalah membantu PLN untuk mencapai elektrifikasi 100%.

Kira – kira apa jawaban anda? Kalau saya pilih apa ya.. :p

Mmmmm, setelah menulis jawaban dan dikumpul. Saya jadi berpikir lagi tentang jawaban saya. Ada 3 inti dari tulisan saya

Bekerja, belajar dan cita –cita

Bekerja sudah tentu kewajiban seorang pegawai, pegawai apapun itu. Bekerja saja tidak cukup, perlu tambahan suplemen, yaitu ikhlas dan cinta. Dengan mengikutkan keduanya dalam pekerjaan, pasti hasil pekerjaan kita akan baik dan bermanfaat. Kemudian belajar, secara umum kata – kata belajar tidak aneh mengingat salah satu kompetensi inti PLN adalah pembelajaran yang berkesinambungan. Namun ketika saya membaca lagi, ada kata –kata kesempatan beasiswa s2. Kalimat ini terkesan permintaan atau harapan?? menurut saya ini sebuah harapan, mengharapkan sesuatu tidak ada salahnya. Namun ya tetap ingat, laksanakan dulu kewajiban kita sebaik-baiknya baru bisa mengambil hak berupa beasiswa S2 tersebut. Aminn,,

Keinginan saya untuk menjadi perencana system atau dispatcher karena memang saya tertarik dan merasa cocok dgn pekerjaan itu. Perencanaan system ( system planning engineer, sama kek plano ya?? 😀 ) adalah perencanaan pengoperasian system yang meliputi perencanaan pembangkitan dan perencanaan penyaluran tenaga listrik untuk mencapai sasaran operasi system tenaga listrik yang bermutu, andal dan ekonomis. Perencanaan system operasi sangat lah penting, karena ada satu prinsip tenaga listrik yang harus dipenuhi

“saat tenaga listrik dibangkitkan, saat itu juga tenaga listrik tersebut di konsumsi”

Konsumsi tenaga listrik sesuai dengan kebutuhan konsumen, setiap saat bisa saja berubah untuk itu diperluakan perencanaan operasi yang matang. Dengan kata lain, perencanaan system operasi adalah suatu usaha dari operator system ketenagalistrikan untuk memastikan jumlah tenaga listrik yang dibangkitkan sesuai dengan yang diminta (beban), membangkitkan saja tidak cukup, namun harus bisa memastikan jalur penyaluran tenaga listrik tersebut. Tahapan – tahapan dalam perencanaan system adalah

  1. Pembuatan Prakira Beban (Rencana Energi)
  2. Perencanaan Hidro
  3. Penjadwalan Pembangkit
  4. Penjadwalan Penyaluran
  5. Penyusunan Neraca Daya
  6. Optimasi Hidrothermal
  7. Simulasi Produksi
  • Optimasi dan Biaya Operasi
  • Studi Kecukupan Daya

* Penjelasan lebih lanjut tentang perencaan system, dilain waktu ya 😀

Setelah perencanaan operasi system selesai, tugas dispatcher lah untuk mengendalikan system dalam kondisi real time. tugas utamanya adalah mengendalikan produksi pembangkit – pembangkit dan penyaluran daya.

Dan yang terakhir adalah, soal pengungkapan cita-cita saya membantu PLN mencapai elektrifikasi 100%. Kalau ini saya tidak boleh dan tidak mau mikir – mikir ulang lagi. PALAPA 2020.. Amin…

Older Entries