Kemarin baru saya alami, batik begitu mudah berada dalam penglihatan saya. Ya, 2 Oktober kemarin adalah hari ditetapkannya batik sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO. Rakyat Indonesia dianjurkan memakai batik pada hari itu, kalangan pelajar, pegawai dan rakyat Indonesia pada umumnya.
Pagi hari saya naik angkutan umum menuju kampus dengan memakai batik pinjaman. di dalam angkot ada sekitar 6 orang termasuk saya yang memakai batik. Turun dari angkot dilanjutkan berjalan kaki menuju kampus. Dalam perjalanan, cukup banyak mahasiswa/i yang memakai batik. Batik bukan hanya dalam kemeja, batik adalah corak. Tas, celana, rok, sepatu atau apapun yang melekat di tubuh bisa bercorak batik yang berbeda-beda. Berbeda bentuk dan corak, namun tetap satu nama, yaitu batik. Bhinekka tunggal ika??
Sungguh hari yang menyenangkan. Melihat banyak orang memakai batik seperti yang saya kenakan. Seperti ada sebuah persamaan antara satu dengan yang laiinnya. Yang wanita terlihat lebih anggun dan yang pria terlihat lebih gagah. Yang memakai batik adalah orang tua, acara resmi, bupati, gubernur, mentri, presiden dan orang – orang berkedudukan tinggi lainnya. Paradigma ini yang seringkali muncul di benak masyarakat Indonesia, terutama pemuda/pemudi. Namun melihat kemarin, paradigma itu gugur, semua bisa memakai batik dalam kondisi apapun.
Batik adalah warisan budaya nenek moyang kita. Baru – baru ini kita dikagetkan oleh klaim sebuag negara atas warisan budaya kita. apa sikap kita? hanya reaktif tidak lebih. Saya sebenarnya kesal, namun saya lebih kesal dengan sikap saya yang tidak melestarikan budaya saya sendiri. Saya berasal dari tanah batak, tapi saya belum bisa melestarikan budaya itu dalam diri saya sendiri. Tapi saya yakin, melihat contoh kemarin, sebuah usaha pelestarian budaya hanya membutuhkan kebiasaan. Ya kebiasaan, sama seperti budaya yang awalnya memang berawal dari kebiasaan suatu masyarakat tertentu. Ketika kita biasa untuk membahas, mengkaji dan menggunakan berbagai wujud dari budaya dalam kehidupan sehari – hari, budaya kita akan lestari dan tak perlu takut bila kelak ada klaim dari negara lain atas budaya Indonesia..
meditation1234
Oct 05, 2009 @ 22:00:59
hidup batik!! 🙂
Robin Septavyn Sitanggang
Oct 05, 2009 @ 22:06:47
Salam batik juga bung!!
nayah
Oct 17, 2009 @ 15:13:32
kita cintai n lestarikan budaya negara indonesia bersama yupZ……..
Robin Septavyn Sitanggang
Oct 17, 2009 @ 19:00:10
yooo…
ada kepikiran langkah konkritnya mbak?
auliafeizal
Jan 21, 2010 @ 01:28:16
gua pernah datang ke suatu diskusi tentang bagaimana kembali menghidupkan budaya kita, salah satu solusinya adalah strategi budaya, yaitu bagaimana kita memasukkan budaya kita ke seluruh aspek kehidupan kita, termasuk dalam aspek keilmuan. Contohnya dalam ilmu teknik sipil atau arsitektur, harusnya kurikulum / pengajaran di universitas2 juga mengacu pada kearifan lokal yang ada seperti rumah panggung, dll.
Robin Septavyn Sitanggang
Jan 21, 2010 @ 08:49:39
Yo cap, pendidikan kita berkiblat kemana ga seragam secara nasional. Kalau ga ke ropa ya ke US.
Kalau menurut gw, berkiblat ke bangsa lain gppa. Asalkan dalam tujuan pendidikan itu tercantum :
“Elemen pendidikan, dari guru, staff sampai murid, mampu dan sanggup merumuskan solusi2 atas permasalahan baik daerah maupun negara dengan mengandalkan nilai – nilai kearfian lokal”
hehe..ngasal pisan gw cap..
pernikahan adat
Jan 21, 2010 @ 03:41:24
Begitu indah dan kaya Indonesia ini, mari bersama kita lestarikan budaya kita,, salam kenal dari Pernikahan Adat Di Indonesia
Robin Septavyn Sitanggang
Jan 21, 2010 @ 08:54:32
Makasih saudara atas kunjungannya..
saya senang dengan blog “pernikahan adat di indonesia”.. banyak info2 yang diperlukan bagi kaum muda..hehe
Bambang Sapto Hutomo
Jan 15, 2011 @ 00:17:54
Sungguh sangat penting mendirikan komunitas Pelestarian Budaya Lokal semacam anda yang masih muda dan punya semangat kompak peduli terhadap budaya lokal. Tapi ada yang paling penting lagi harus dilakukan leh anda, bagaimana caranya mengelola grup ini menjadi semakin efektif dan intensif bagi masyarakat dan lingkungannya, selain itu perlu memikirkan bagaimana cara pembinaannya agar menjadi konsisten pada konsentrasi pelestari budaya lokal, oleh karena itu perlu membuat programnya, dan selain itu juga setelah grup ini didirikan serta telah bisa bergerak secara kompak menjadi pelestari budaya lokal yang aktif maka penting melakukan cara merawat grup ini supaya awet terjaga dan terpelihara, menghindari “kematian”-nya grup ini. Biasanya orang muda semacam anda kalau sudah nge-grup begitu memang hanya bersenang-senang saja kan ! Ingat janji anda yakni sebagai pionir pelestari budaya lokal. Harus tetap hidup untuk selama-lamanya !