Berjalan kedepan, dengan kepala tertunduk. Aku ingin menutup telinga, sudah kucoba tapi tetap saja raungan tangingan wajah itu masih terdengar. Lebih baik aku gunakan tangan ini untuk memeluk diri sendiri berusaha menghangatkan dinginnya tubuh kaku ini. Aku ingin berjalan dengan kepala tegak, tangan berayun mengikuti gerakanku, bahkan kalau bisa kaki ini ikut berayun mengejar sesuatu.
Hei lihatlah, didepan sana ada hamparan ladang perkebunan dengan tanaman – tanaman segar, berwarna- warni. Mereka berembun di pagi hari, tidak memperlihatkan tanda- tanda kejamnya kegelapan saat malam menemaninya. Tapi lihat, ada yang merawat mereka! Dia begitu rajin dan tidak lelahnya membuat ladang itu tetap indah. Mungkinkah ia tukang kebun atau putri seorang bangsawan yang gemar merawat tanaman? Wah hebat, dia begitu berapi-api dan dengan wajah riang menyirami kebunnya, kebun impiannya.
Hei lihatlah, disebelah kanan ada sekelompok orang menari dengan gembiranya. Gerakan – gerakan mereka sangat gemulai, seperti gerakan benang yang berayun. Begitu merasuk dijiwaku, sepertinya ia sangat bebas dalam bergerak, tidak ada penghalang apapun disekitarnya. Bisa membuat ku terdiam dan terkesima dibuatnya. Mereka begitu percaya diri kalau kebebasan berekpresinya bisa membuat orang terkesima dan bahagia melihatnya.
Hei lihatlah, di sebelah kiri ada sebuah lingkaran terdiri dari manusia sebagai penyusun tiap titiknya. Dan ada sebuah api unggun ditengah – tengah mereka. Api unggun itu mengeluarkan suara gemericik – gemiricik yang membakar semangat mereka. Suara itu dengan tegas dan dalam mengajak orang – orang itu untuk menjadi penyala kembali api – api yang sudah mulai mati.
Hei lihatlah, di belakang ada sebuah rupa yang tidak asing bagimu. Itu Aku!! Dia terlihat tersenyum senang dan dengan sambil bersiul, ia sedang melukis dalam sebuah kanvas. Kemudian ia bernyanyi
The colours of the rainbow so pretty in the sky
Are also on the faces of people passing by
I see friends shakin’ hands saying “How do you do?”
They’re really saying “I love you”
But I think to myself what a wonderful world
Tiba- tiba dia berhenti melukis. Lukisan itu belum lengkap dan ada sedikit goresan – goresan kasar. Kemudian ia mendekat, mendekati mu. Seakan – akan dia ingin berkaca denganmu.
“Siapa kamu?”tanya aku. Jawab dia, ” Tugasku sudah selesai dimasa lalumu, dibelakangmu. Sekarang giliran kamu untuk meneruskan lukisan itu dan hasilkan lukisan yang indah, seindah yang ada di pikiranmu”
ekonomi kuantum
Dec 03, 2009 @ 10:39:44
gak tau kenapa tulisan anda ini saya nilai sangat bernuansa spiritual yang dalam… luar biasa anda mampu menuliskannya dalam cerita yang menarik… salut untuk anda
Robin Septavyn Sitanggang
Dec 03, 2009 @ 17:53:55
terima kasih mas
Iya mas, TUlisan ini saya buat setelah menjalani satu malam renungan…hehe
kaskuser
Dec 14, 2009 @ 16:46:43
menyentuh coz hiks 😦
Hi salam kenal just blogwalking doang. main dong ke blog saya
http://blog.unsri.ac.id/kaskuserr/nais-inpo-gan/mrlist/1234/
http://blog.unsri.ac.id/kaskuserr/news/mrlist/1233/
dijamin bikin KETAGIHAN..!!!
salam
(^_^)
ophie
Dec 27, 2009 @ 02:10:46
mmmmmmmmmmmmm… no comment deh.. dalem euy…
slm knl ya.. :0
Robin Septavyn Sitanggang
Jan 02, 2010 @ 15:36:43
Salam kenal juga, makasih sudah menanggapi..
bila berkenan, silahkan mampir ke lapak (tulisan ) lainnya.. 😀